اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَّى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ

قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُم اَعْلَمُ بِمَنْ هُوَاَهْدَى سَبِيْلاً
“Katakanlah (hai Muhammad) : Biarlah setiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing, karena Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih lurus (jalan yang ditempuhnya).” (Al-Isra’ : 84

Kamis, 13 Agustus 2015

Kisah Titip Salamnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW Kepada Kiai Khozin Buduran-Sidoarjo


Kisah Titip Salamnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW Kepada Kiai Khozin Buduran-Sidoarjo. 

Salah seorang waliyullah yang terkenal keramat, Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan-Madura, suatu kali menunaikan ibadah haji. Beberapa saat ketika beliau singgah di Madinah hendak berziarah ke makam Rasulullah di Raudhah, beliau berjumpa dengan Baginda Nabi saw. 

Ketika itu beliau terlihat mesra sekali bercengkrama dengan Baginda Nabi saw. Sebelum berpisah, Baginda Nabi saw mengatakan kepada Syaikhona Kholil Bangkalan bahwasannya kalau Syaikhona kembali ke Tanah Air supaya menyampaikan salam beliau saw kepada Khozin dari Buduran, Sidoarjo.

Begitulah, beliau kembali pulang ke Tanah Air. Selepas kapal yang ditumpanginya bersandar di pelabuhan Kota Surabaya (sekarang Tanjung Perak), Syaikhona Kholil tidak langsung menuju ke rumahnya di Bangkalan, Madura. 

Tetapi langsung menuju Buduran, Sidoarjo mencari orang yang bernama Khozin sebagaimana yang dipesankan Baginda Nabi saw kepadanya. Begitu sampai di Buduran, beliau menanyai beberapa orang yang dijumpainya, menanyakan rumah Khozin.

Jawaban yang beliau peroleh menunjuk pada sosok-sosok yang bervariasi, mulai dari Khozin tukang cukur rambut, Khozin tukang sepatu sampai Khozin-Khozin lain dengan beragam profesi yang disebutkan, dan semuanya tidak cocok dengan sosok yang beliau bayangkan. 

Hingga akhirnya suatu saat kemudian di pagi hari beliau bertemu dengan bapak tua, mengenakan kaos oblong dan bersarung setengah dicincing ke atas.

Bapak itu sedang menyapu halaman sebuah rumah yang mirip sebuah pesantren dengan beberapa gothaan (bilik-bilik bambu untuk kamar para santri). Syaikhona Kholil lalu menghampiri bapak yang tengah sibuk dengan aktivitas paginya tersebut. 

Setelah memberikan ucapan salam dan dijawab oleh bapak tersebut, beliau bertanya, "Pak, di manakah rumah Khozin?"

"Nama Khozin, di sini banyak," jawab orang tersebut.

"Tetapi kalau Kiai hendak mencari Khozin yang dimaksud Rasulullah sewaktu sampean di Madinah, ya saya ini Khozin yang beliau maksud," lanjut bapak tersebut.

Syaikhona Kholil tersentak kaget setelah mendengar jawaban spontan tersebut. Dengan serta-merta beliau menjatuhkan koper perbekalan bawaannya dan langsung mencium tangan bapak tersebut berulang kali.

Ya, itulah Kiai Khozin Khoiruddin, pengasuh Pondok Pesantren Siwalan Panji, Buduran, Sidoarjo sekaligus perintis tradisi khataman Tafsir Jalalain, yang pada era Kiai Ya'kub Hamdani terkenal sebagai pondoknya para wali.

Hadratus Syekh Kiai Hasyim Asy'ari adalah alumni ponpes ini. Beliau sempat diambil menantu oleh Kiai Ya'qub, dipersuntingkan dengan puterinya yang bernama Khadijah. Dari perkawinannya dengan Khadijah ini beliau dianugerahi seorang anak bernama Abdullah. 

Akan tetapi, sayang keduanya (Nyai Khadijah dan Abdullah putranya) wafat di Makkah pada tahun 1930. Di pondok ini gothaan (=kamar) Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari sewaktu masih nyantri sampai sekarang diabadikan keberadaannya sebagai bentuk penghormatan kepada Hadratus Syekh. 

Di antara alumni ponpes yang lain adalah Mbah Hamid Abdullah Pasuruan, Kiai As'ad Syamsul Arifin Situbondo, Mbah Ud Pagerwojo, Mbah Jaelani Tulangan. 

Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ceramah Ustad Abdul Somad di Masjid Az-Zikra Sentul

TEGAS! Dihadiri Kapolri, Ustad Abdul Somad mengingatkan Umat Islam Pilih Pemimpin yang Adil